17/05/2025
IMG-20250430-WA0018

MUREXS.COM, Empat Lawang – Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-18 Kabupaten Empat Lawang berlangsung meriah dan penuh nuansa budaya lokal.

Salah satu momen paling mencuri perhatian dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD yang digelar di Gedung Serbaguna hari Selasa (29/04/25) itu adalah penampilan tari sambut, sebuah tradisi yang telah lama menjadi simbol kehormatan dalam penyambutan tamu agung di bumi Saling Keruani Sangi Kerawati.

Tarian tersebut dipersembahkan secara apik oleh para penari binaan Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Empat Lawang. Dengan busana adat berwarna emas dan merah yang berkilau di bawah cahaya lampu, para penari tampil memukau di hadapan para tamu undangan, termasuk Gubernur Sumatera Selatan, H. Herman Deru.

Setiap gerakan tari mengandung makna filosofi yang dalam melambangkan rasa hormat, doa keselamatan, serta harapan atas keberkahan bagi tamu yang datang.

Musik pengiringnya pun berasal dari alat musik tradisional yang dimainkan secara live, menciptakan suasana sakral yang membawa penonton larut dalam kekayaan budaya daerah.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Empat Lawang Jhon Heri dalam hal ini melalui Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Muhammad Zuhdi, mengungkapkan bahwa penampilan tari sambut pada perayaan kali ini merupakan hasil persiapan intensif yang melibatkan berbagai unsur seni lokal.

“Kami memilih tari sambut sebagai pembuka karena ini adalah simbol paling luhur dalam tradisi menyambut tamu agung di Sumatera Selatan, khususnya di Empat Lawang,” jelas Zuhdi.

“Para penari adalah putra-putri asli Empat Lawang. Mereka telah berlatih siang dan malam selama lebih dari dua minggu. Tidak hanya menghafal gerakan, tapi juga memahami makna di balik setiap lenggokan dan anggukan kepala mereka,” terangnya.

Zuhdi juga menekankan bahwa melalui panggung-panggung seremonial seperti ini, pihaknya berkomitmen untuk terus menghidupkan dan mengembangkan budaya lokal di tengah arus modernisasi.

“Kami tidak ingin budaya hanya menjadi hiasan. Ia harus hadir sebagai jati diri. Karena itu, pelibatan anak muda dalam latihan dan pementasan ini menjadi prioritas kami. Mereka bukan hanya penari, tapi pewaris budaya,” tambahnya.

Penonton yang hadir, termasuk para pejabat dan tokoh masyarakat, tampak terkesima dan memberikan tepuk tangan meriah setelah tarian selesai.

Bagi sebagian besar hadirin, tari sambut bukan hanya hiburan, melainkan cermin dari nilai-nilai kearifan lokal yang masih dijaga dengan sepenuh hati.

Momentum ini menjadi pengingat bahwa di balik kemajuan pembangunan fisik dan infrastruktur, kebudayaan tetap menjadi denyut nadi identitas Kabupaten Empat Lawang.

Di usia yang ke-18, kabupaten ini menunjukkan bahwa ia tak hanya tumbuh dalam angka, tetapi juga dalam kesadaran akan pentingnya menjaga warisan leluhur. (Nanda/Murexs)